Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Selasa, 31 Juli 2012

Ketika Cinta Ber-Tasbih-Tahmid-Takbir


Subhanallah,
Ketika cinta tak menghitung angka-angka
Cinta berwujud kesetiaan nan sederhana
Cinta justru hadir menjadi tak terhingga

Alhamdulillah,
Ketika cinta tak mengeja kata-kata
Cinta hanya memberikan pengorbanan saja
Cinta tumbuh begitu bermakna

Allahuakbar,
Ketika cinta terukir oleh dua kata
“kesetiaan” dan “pengorbanan”
Maka cinta seperti itulah yang suci, indah lagi agung

 ***

Subahanallah... Tanpa terasa 30 hari sudah kulalui hidup bersamamu. Waktu yang singkat. Setiap berada disisimu rasanya aku ingin sekali mencabut batre jam, lalu waktu terhenti walau hanya untuk kita berdua. Sedangkan dunai terus berputar tak peduli tentang melodi cinta yang tengah kita dendangkan. Dalam hari-hari yang ku lalui ada beberapa momen indah yang terekam apik di memori ingatanku. Lantaran aku suka menulis maka aku tuliskan momen itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku (hehehe...)

SUJUD
Istriku, kau masih ingatkan!
Saat ikrar suci itu, aku sujud syukur di hadapan Maha Pemilik Cinta bukan tanpa alasan tapi ungkapan cita rasa penghambaan. DIA Maha Baik hingga memberikan sesorang yang tepat untukku cintai sepanjang hayat. Tapi hingga sekarang, rasanya sujud syukur itu masih selalu kurang. Karena aku makin mengenal siapa kamu.

MAAF
Istriku, di hari pertama kehalalan kita. Bukankah aku pernah berjanji?
Berjanji akan selalu mengucapkan “Adakah kesalahanku hari ini?” setiap aku menutup hari.
Aku hanya laki-laki biasa yang berusaha menjaga cela. Bilaku ada salah maka tentu sepuluh jariku terhimpun pertanda permintaan maaf dari relung kalbu yang terdalam. Dan bila kamu yang salah, aku ringankan lidahku melafazkan kata“maaf”. Karena aku juga yang salah tak membimbingmu menjadi wanita yang lebih baik. Andai kita konsisten membudayakan ungkapan cinta seperti ini, aku yakin kelak tangan keriput kita akan senantiasa bergandengan selamanya.

MARTABAK
Rasanya bilangan hari itu akan selalu aku ingat. Hari dimana kau menantiku depan pintu, menciumi pungung tanganku, melucuti jaket dan sepatu kerjaku. Sebenarnya canggung bagiku diperlakukan bak raja padahal aku suamimu yang biasa saja. Aku masih mengingat kesalahanku malam itu. Sesaat sebelum aku pergi tuk sementara meninggalkanmu aku berujar “Nanti malam kita makan bareng ya!”. Malam itu perutku telah kenyang karena makan martabak bareng teman-teman. Aku pulang hingga larut. Sementara kau setia menungguku, walau kelopak matamu sudah tak sanggup lagi berkibar kokoh, tetap kau menyambutku dengan seutas senyuman. Aku pulang bersama perut yang sudah tak selera lagi makan. “Aku sudah kenyang, sayang!” Ujarku. Lalu kau ke dapur, mengambil satu piring yang belakangan ku sebut “makan larut” dan kau makan di depanku. Tanpa marah. Tapi aku menjadi gelisah, karena sepertinya ada yang salah. Kutelisik hatiku lagi. Aku minta maaf dan kutemukan kau begitu berkarakter. Itulah malam yang paling kusesali, sisanya adalah martabaknya.

PULSA SMS
Sekarang kau pandai sekali menebak. Bila ada pulsa masuk di hp-mu pasti langsung kau tuduh aku yang mengisikannya. Padahal dulu tak terhitung laki-laki yang mengisikanmu pulsa. Iya jelas, karena kau telah mengamanihiku sebuah kepercayaan yang harus aku jaga. Tapi sayang, bisa jadi belum tentu juga aku yang mengisikanmu pulsamu. Jujur, aku suamimu yang pemalu yang sebenarnya menanti sms darimu bila aku jauh. Kulihat diriku masih terlalu egois untuk tidak dari sisiku yang memulainya. Dari dulu memang aku berprinsip “Biar saja wanita yang memikirkanku,” sedangkan aku seolah tak peduli tapi merintih. Kalau sms-mu lama ku balas itu bukan berarti aku tak mementingkanmu melainkan aku tengah menormalkan degupan jantungku.
Istriku masih ingatkah dirimu mengenai sms-an itu?
Padahal kita hanya beda bilik, ku di kamar kau di dapur, kita masih saja sms bercanda berdua. Saat kau tengah diam mengetik balasan sms untukku, aku datang mengejutkanmu dari belakang dan irus yang kau pegang terhempas diatas kuali penuh minyak panas. Lalu, tumpah seperti tumpahnya tawa kita berdua.

CANTIK BAGIKU
Kita sering berkaca berdua, kau bilang aku tampan dan ku puji kau cantik. Jujur kukatakan padamu, bahwa secara fisik kau nomor satu. Tapi bukan itu yang membuatku terpesona. Karena bila hanya itu, aku paling mampu mencintaimu satu bulan lagi. Aku menempatkan ketakjubanku pada akhlakmu di atas “donat” cintaku yang gulanya kau taburi terus tiap hari. Pernah satu malam, aku pulang main futsal hingga larut. Lelah sekali rasanya, tapi kau menjumpaiku di depan pintu dengan bersemangat dan men-display wajah cantik yang baru kau solek. Masih, yang membuat aku sangat kagum adalah perjuanganmu menantikanku pulang. “Kepribadianmu sepertinya abadi bersemayam disini! “kutunjuk dadaku yang di dalamnya terdapat organ bernama hati. Nah, mungkin seperti inilah cara sederhanaku menilaimu dan membuat rasa cintaku bertambah-tambah kian hari. Dan aku berharap kau pandai menjaganya. Tak hanya menjaga kecantikkan tapi kepribadian yang utama.

Alhamdulillah...walaupun 30 hari masih terlalu dini untuk kita menyimpulkan bahwa kita keluarga bahagia. Karena Tuhan telah menyiapkan banyak ujian untuk kita berdua nantinya. Tapi, 30 hari itu cukup lumayanlah untuk awal pondasi cinta yang kan mampu menghadapi banyak masalah di depan. Kita belum terbayang apa yang akan terjadi kedepan tapi kita bisa memulai membangun kekuatan dari sekarang untuk menghadapi apapun yang di depan. Semoga cinta kita tak bermusim-tak bergejolak-tak terpedaya pada yang semu saja. Tapi bersandar pada yang Maha Kekal Abadi. Dan Dialah yang mengizinkan kita hingga 30 hari ini masih merajut benang-benang kasih hingga kita belajar bersama lalu menemukan Kekasih Sejati. Allahuakbar!!!


Embun Fajar-31 Juli 2012 11:20 wib
After 30 days-Special for my honey Desi Khumairah