Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Jumat, 23 Maret 2012

Insting Pencarian


Bayangkanlah Anda sedang dalam perjalanan untuk membeli beberapa keperluan mingguan di supermarket. Apa yang akan tersirat dalam pikiran Anda saat memasuki pintu masuk supermarket tersebut? Tempat parker, tentu. Lalu, apa yang tampaknya pernah ada di sana? Sebidang tempat parkir untuk mobil Anda.
Lalu tiba-tiba Anda merasa ‘beruntung’. Anda memperhatikan orang-orang yang berjalan menuju mobilnya, membawa sekantong penuh barang belanjaan. Lalu Anda melihat lampu mobil mulai menyala dan berjalan mundur meninggalkan tempat parkir.
Segera setelah Anda tahu apa yang Anda inginkan, ‘insting pencarian’ dalam pikiran Anda akan berusaha mencari jawabannya. Menentukan tempat parkir dan lalu? Anda akan mulai mencari tempat parkir. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan keberuntungan!
Mari kita lihat contoh yang lain. Anda pergi ke sebuah tempat sewa video karena ada beberapa orang kawan yang akan singgah di rumah Anda mala mini untuk menonton televise. Sekarang, pertanyaannya adalah, ‘video manakah yang akan saya pinjam?’ Anda mulai berjalan mengitari toko rental video tersebut selama kurang lebih 45 menit untuk mencari sebuah film yang cocok. Lalu apa yang terjadi? Anda tidak dapat memilih, kebingungan, dan mulai kesal dengan diri sendiri. Merasa frustasi dan kurang beruntung, Anda merasa lebih baik segera membuat keputusan. Lalu Anda memilih sebuah judul film yang pernah Anda tonton sebelumnya dan membawanya pulang. Pada saat Anda menyetelnya, teman-teman Anda berteriak, “Kami sudah pernah menontonya!” mengapa kamu memilih film ini? Tidak bisakah kamu mendapatkan film yang lebih bagus dari ini?”
Salah seorang kawan yang merasa iba kepada Anda mengatakan bahwa minggu lalu ia melihat sebuah film menarik yang baru saja diluncurkan. Anda merasa tidak melihat film tersebut di toko rental tadi, lalu mengatakan padanya bahwa Anda akan mencoba menyewanya lain kali.
Keesokan harinya, saat Anda kembali ke toko rental itu, apa yang langsung terlihat begitu Anda masuk ke dalam toko? Ratusan kaset film keluaran terbaru itu! Apakah kaset-kaset itu berada disana kemarin? Anda yakin, semuanya ada 100 kopi. Mengapa kemarin Anda tidak melihatnya? Kurang cermat. Bila tujuan Anda jelas dan terfokus, mudah bagi Anda untuk menggapainya.
Apakah Anda dalam cerita tadi ‘beruntung?’ Tidak. Anda hanya memiliki pikiran yang jernih tentang apa yang Anda inginkan dan insting pencarinya menunjukkan bagaimana Anda mendapatkannya.


Kutipan dalam buku ‘You Can Do It!’ PAUL HANNA

Minggu, 18 Maret 2012

TULISANKU


Embun Fajar

Aku menulis.
Lalu orang lain mencibir kalau tulisanku itu jelek.
Aku menulis lagi.
Dan orang lain berkata tulisanku masih kurang bagus.
Aku menulis.
Lantas orang lain berkomentar tulisanku sudah cukup lumayan.
Aku menulis lagi.
Kini orang lain berujar kalau tulisanku itu bagus.
Aku masih menulis lagi.
Akhirnya orang lain merasa terharu karena tulisanku sangatlah menggugah.

Aku akan tetap menulis apapun apresiasi orang. Sungguh yang paling berharga adalah seberapa besar tekadku agar orang lain bisa menjadi lebih berharga setelah membaca apa yang kutulis.

*Aur, 15 Maret 2012-19:12 Wib

MENAGIH JANJI #2


By : embun fajar

Tuhan, bukankah katamu jodohku pasti ada?
Lantas kapan Tuhan Kau datangkan dia padaku?
Telah kuhabiskan penantianku dengan puasa seperti yang Kau suruh.
Namun, masih tak datang juga seorang pendamping untukku.
Mana Tuhan janji-Mu?

***
Hambaku, bisakah Aku minta sedikit lagi kesabaranmu?
Karena diantara itu kau dapat dua kebaikan
Pertama kebaikan karena kesabaranmu dalam penantian
Dan yang kedua ibadah puasamu mengikuti apa yang Aku suruh

Hambaku, bukankah Aku telah memenuhi janjiKu?
Saat kau tengah perih menantinya, kau berpuasa untukKu
Aku begitu terharu, membuatku sulit melupakanmu, Aku jatuh cinta padamu
Aku cemburu kalau nanti setelah ada pendampingmu, kau tak lagi puasa untukKu
Aku belum ingin menurunkan seseorang untukmu
Karena Aku ingin kaulah jodohku.

~Aur, 08 Maret 2012~Tetaplah Bersabar Kawan Dalam Penantian Panjaaaaaaaaangmu!

KAPAN NIKAH?


Pertanyaan yang acapkali menyesakki telinga seseorang di umurnya yang tidak muda lagi. Karena pertanyaan serupa tak pernah ia dengar kala masih TK (Taman Kanak-Kanak). Kadang kala ingin khilaf rasanya untuk balik bertanya, “Kapan mati?”
Rezeki, jodoh dan ajal adalah satu paket yang tak bisa diganggu gugat (takdir Tuhan Yang Maha Kuasa).

Ketika seseorang telah merencanakan matang-matang keinginannya untuk menikah, namun begitu banyak kendala yang menghadang dari berbagai sisi. Sedangkan, diluar sana banyak sekali pemuda yang sama sekali tak pernah merencanakan untuk menikah, malah duluan naik ke pelaminan. Apa hendak dikata? Sejak memahami hal inilah, saya tak pernah lagi menanyakan (lebih tepatnya menyindir) seorang teman, terutama yang lebih tua, dua susunan kata yang “menyesakkan” itu “Kapan Nikah?”

Secara pribadi seseorang yang sudah mampu secara psikologis, keilmuan dan materi sebenarnya ingin sekali juga tahu jawaban atas pertanyaan tersebut. Namun apa daya Tuhan masih merahasiakan waktunya. Dalam kondisi seperti ini yang diharapkan seorang joblowan/jomblowati di dunia adalah peran serta aktif memotivasi (bukan dalam bentuk demotivasi baik verbal maupun non verbal) dan solutif mencari jalan keluar atas permasalahannya (he,he, karena kebetulan saya dalam kondisi ini).

Hal ini memang butuh pendekatan intensif, sehingga orang luar tidak hanya tahu secara kulitnya saja melainkan faham hingga ke kambiumnya. Karena ada type orang yang butuh perlakuan khusus. Maksud saya, belum tentu konklusi (pemecahan masalah) untuk seseorang berlaku untuk orang lainnya. Menunjang ini juga, cara pandang orang diluar yang bersangkutan sebaiknya bisa pula mengkondisikan dirinya pada alam pemuda tersebut yang notabennya divonis siap nikah.

Ikhtiar harus dimaksimalkan, karena itulah esensi tawakal sebenarnya. Kalau perbaikan diri terus mengalami progress yang signifikan, maka yakinlah sejatinya kita telah menciptakan opportunity (peluang) untuk “menggugat” takdir kita sendiri. Namun, bila juga dari ikhtiar itu masih tidak ada hasil, tetaplah habiskan waktu guna interopeksi diri dimana celah kekurangan kita yang harus direkonstruksi sehingga tidak terjadi defisit kepercayaan diri selama masa penantian itu.

Menyerahkan segala kuasa pada Yang Maha Kuasa adalah hal yang paling akhir ditempuh setelah berusaha habis-habisan untuk segera menjawab pertanyaan kapan nikah itu. Positif thinkingnya pertanyaan “Kapan Nikah? Itu juga anggap saja sebagai bentuk perhatian teman atau sahabat kita yang sangat mencintai dan menyayangkan efisiensi umur kita. Nah, kita tidak perlu memayunkan mulut, mengerenyitkan dahi, tutup mata atau malah membuat jadwal nikah fiktif  ketika pertanyaan itu menggelegar di gendang telinga kita. So, ke depan kita sudah tahu harus menjawabnya apa ketika orang lain bertanya :
“Kapan Nikah?”
“Saat Kesiapan itu bertemu di titik Kesempatan”.


*embun FAJAR (09/03/2012)
Sengaja saya tulis guna menyuarakan isi hati baik pribadi maupun GBDP (Golongan Bujang Dalam Penantian) agar bisa mengambil positifnya buang negatifnya. Fresh your inside, make a fresh your outside….keep fight! 

Sabtu, 03 Maret 2012

PERJAKA TING-TING


Antrian tumpukan kertas masih menunggu jatah untuk dikloning per lembar. Adam melonggarkan pinggang dan leher, menghirup udara sumpek beraroma ATK, lalu meneguk setengah gelas air putih yang sudah berembun karena dari pagi tak sempat diserumputnya.
“Satu jam lagi sudah bisa diambil Pak!” Ujar Adam bermaksud memberitahu kliennya agar jelas sebarapa lama ia harus menunggu atau mencari kegiatan selain menunggu.

Adam telah menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan bergegas pulang kerumah untuk pekerjaannya yang lain pula. Berdagang pulsa. Adam bekerja dari jam 7 pagi hingga 5 sore di toko buku milik orang lain dan dia membuka konter pulsa miliknya sendiri dari jam 6 sore hingga jam 10 malam.

Konter Hp yang ia kasih nama “Adam Cell” berlokasi tidak jauh dari rumah kosnya. Bentuk bangunannya pun temporer di sela bangunan ruko milik orang lain namun strategisnya di pinggir jalan. Dengan beginilah Adam mengumpulkan pundi-pundi untuk nantinya ia pakai mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi dan sekaligus biaya administrasi awalnya yang lumayan ‘gemuk’.

***

Adam datang dari desa ke kota untuk mengemban satu misi, mendapat gelar sarjana tanpa biaya dari orang tua sepeser pun. Misi ini berbanding lurus dengan sikap Adam yang tidak mau membuang-buang waktu dengan hal yang sia-sia seperti muda-mudi kebanyakan. Satu menit baginya adalah satu langkah menuju istana impiannya yang ia bangun bertahap.

Adam begitu energik hari ini saat membuka konternya, bekerja siang tadi tenaganya tidak habis terkuras karena mesin fotokopi Ko Acai rusak. Di toko buku milik pengusaha Tionghoa ini, pekerjaan prioritas Adam hanyalah fotokopi yang lain sifatnya membantu.

Adam Cell tidak hanya melayani isi ulang pulsa elektrik dan voucher seluruh operator saja, tetapi juga bisa cetak foto, mengedit lagu dan aplikasi selluler lainnya asalkan tidak mengandung unsur pornografi.

“MAAF KAMI TIDAK MELAYANI KONTEN MINUS”

Tulisan besar yang dia tempel di marka etalase konternya, bermaksud menghimbau dan memberikan arahan bahwa konter Adam steril dari hal-hal negatif. Walau komitmennya ini membuat profit sharenya kurang dari konter-konter tabu lain, ia tetap teguh pada prinsipnya.

Tepat di depan konternya ada sebuah hotel terkenal, entah bintangnya ada berapa yang pasti bulannya hanya satu kala malam itu.

Ketika Adam akan berkemas pulang. Datang seorang cewek seksi. Dia pastikan lagi matanya melihat itu wujud seorang wanita bukan setengahnya. Benar, retina matanya masih bagus. Wanita cantik, dengan gincu semerah rok pendeknya. Baju kaos yang cewek itu kenakan pun sangat ketat hingga bentuk lekukan tubuhnya mampu merusak syaraf otak laki-laki yang memandangnya.

Cewek itu mengeluarkan Nokia type 3650 dari tasnya yang ia bawa. Sebentar terlihat memencet-mencet keypad. Diulanginya lagi berkali-kali.

“Mas, tolong saya dong?” ujar cewek asing itu.
Adam melengok kanan-kiri tak ada lagi makhluk lain yang jadi  lawan bicara wanita itu selain dia. Lagian sudah hampir tengah malam kondisi jalanan sudah senyap.
“I…iiiya Mbak, apa yang bisa saya bantu?” jawab Adam gugup.
“Saya sudah tidak punya uang lagi sepeser pun, ini Mas pegang Hp saya, tapi izinkan saya menumpang tidur satu malam saja dirumah Mas?”

Jantung Adam berbeat box ria. Tawaran paling aneh yang pernah ia dengar selama hidup di dunia. Anehnya cewek cantik yang mau bermalam dengannya. Karena biasanya Lily kucing tetangga yang selalu menemani tidurnya atau Jeny si tikus curut yang sering berlalu-lalang di bawah ranjang reotnya.

Adam masih termangu dan belum menjawab. Tiba-tiba wanita itu menangis terisak sambil bercerita.

“Nama saya Clara, saya ditinggalkan teman cowok saya di kota ini yang saya tidak mempunyai saudara atau siapapun. Saya tidak mempunyai uang sama sekali, mungkin baru besok saya akan bisa berfikir jernih dan melangkah menentukan tindakan apa yang harus saya lakukan…”

Adam diam tertunduk.

Wanita itu meneruskan.
“Kalau bukan Mas, siapa lagi yang akan menyelamatkan saya?”

Adam menghela nafas sejenak, lalu berkata, “Mbak bisa menghubungi siapa saja untuk menjumput Mbak disini.” Sambil menyodorkan hp kepada wanita itu.

“Orang yang saya kenal jauh semua Mas.”

Adam masih bingung tujuh puluh tujuh keliling. Ia juga orang baru di kota ini. Ia juga merasakan apabila hal seperti itu terjadi padanya. Yang lebih menakutkan lagi ia seorang wanita yang bila dibiarkan bermalam diluar tak jelas akan jauh lebih berbahaya dibanding bila itu dirinya.

“Tolonglah saya Mas!”

Kali ini Adam menangkap mimik wajah Lily saat memelas meminta sisa tulang ikan pada menu makan siang, sama seperti muka Clara.

“Huft… Hmmm… Baiklah ikut saya!”

***

Lorong demi lorong, gang demi gang mereka lalui menuju ke rumah kos Adam. Bangunan yang tidak pantas dikatakan rumah ideal, karena memang cukup ditinggali oleh satu orang saja. Diluar ada teras seukuran sekitar satu meter, ruang depan cukup untuk meletakkan meja dan vas bunga saja, tidak ada TV, kipas angin apalagi DVD Compo. Lalu ada satu ruang kamar, dapur darurat dan kamar mandi yang perpetaknya sangat sempit.

Clara mengamati lamat-lamat seluruh ruangan beriring tegukan liur mengalir nampak dari lehernya yang putih.

“Kamu sudah makan Clara?”

“Belum lapar.”

“Baiklah, kalau kamu mau makan ada mie bungkus di dapur, kalau kamu mau langsung tidur kamu di kamar sedangkan aku tidur di depan saja,”

“ Aku takut, kau tidur disampingku saja,”
“ Maaf Clara, kita bukan muhrim.”
“ Ok, kalau begitu kamu tetap tidur di kamar ini walau kita tidak bersampingan,”
“ Tidak bisa, kalau kamu bertingkah seperti ini saya akan usir paksa keluar…” Adam sedikit meninggi.
“Ok…ok, baiklah.”

***

“Kurang ajar, kemana dia?”
“Tak ada barang berharga di rumah ini.”
“Buruan kita keluar mumpung sebelum pagi!”

***

Keesokan harinya Adam mendengar percakapan beberapa orang kalau di kampung sebelah ada korban rumah seorang lelaki habis dirampok dan dikuras harta bendanya oleh seorang wanita dan seorang preman.

Adam bersyukur sekali pada malam itu mampu menjaga keperjakaannya dan bisa menundukkan hawa nafsunya dengan mengunci diri tidur di kamar mandi. Tidak tidur di kamar dan di depan yang berpotensi kuat menuntun akalnya untuk berbuat hal-hal yang diinginkan sekali nafsunya.

***the end***

Ditulis pada lomba "dari kita untuk kita" FLP Prabumulih 
Ahad, 26 Februari 2012