Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Senin, 25 Juli 2011

Ketika IKHWAN Tak Seindah Yang Dibayangkan

Khusus untuk kalangan sendiri, karena kalau yang di luar kalangan ntar banyak nggak nyambungnya…

Izal
Doi selalu punya ide-ide gila, unik dan menarik terutama berhubungan dengan remaja. Mad’unya pun banyak dari kalangan ini.  Doi juga serius merancang agenda dakwah, namun jangan harap akan serius dalam penerapannya (Lho koq?). Iya, Izal type ikhwan yang selalu bercanda, doi hidup seolah di wahana permainan, selalu penuh keceriaan, selalu bermain-main. Maka itu doi punya temen banyak baik dari kalangan tarbiyah, tarminal (baca:preman), tarup (di kondangan), tar mikir dulu ya apalagi (he…). Ketika di tengah-tengah halaqah hanya dia yang berani memecahkan kesunyian angin dan nyanyian jangkrik (ciyeilee) alhasil satu kelompok dibuatnya tertawa. Izal pelawak sejati sayangnya tak pernah diliput stasiun tv. Doi punya humor sense yang saya (baca:penulis) sebut ruaaar biasa. Dari anak PAUD sampe kakek-kakek mantan pelaut (maksa) pasti nyengir klo lagi ngobrol sama Izal.

Kevin
Beda dengan Izal, Kevin sedikit cool lebih tepatnya coolang bica b’canda (plisss dech...). Doi lebih asyik dengerin murottal, nasyid bahkan musik new entry doi slalu uptodate. Di tengah kesibukannya nyelesaiin kuliah, doi sebenarnya hafidz lho! tapi baru 5 juz. Itu karena doi sering denger pake mp3 yang headsetnya selalu nangkring di telinga. Kalo lagi di motor, lagi nunggu antrean bensin, lagi makan, lagi jogging dan lagi-lagi lainnya Kevin selalu membawa mp3 berkapasitas 4 Gb-nya itu. Mau tahu isinya apa? Pernah dengar masakan yang bernama gado-gado kan? Nah, itulah isi Mp3nya. Terkadang dia serius muraja’ah bersama Imam Mekkah (di Mp3 nih), bentar-bentar ngepalin tangan trus hentak-hentak kaki dengerin Shoutul Harakah, nah kadang senyam-senyum sendiri dengerin hits romantis dari Yovie and The Nuno. Pokoknya NanoNuno deh!

Hakim
Bisa disebut tipe ikhwan filmers (nyebut sendiri untuk seorang penggemar film). Doi tercatat sebagai member pada salah satu developer rental VCD/DVD di kotanya. Bahkan seneng hunting film-film mancanegara yang terbaru juga pengkoleksi serial seperti HARRY POTTER, THE LORD OF THE RING, NARNIA dan masih banyak lagi. Trus setiap ada sekuel baru di bioskop doi pasti nyempetin tuh buat nonton bareng sama teman-teman satu SMAnya dulu. Sering mengunjungi Youtube tuk hanya ngeliat Thriller film terbaru. Jujur sebenarnya kalo layar lebar Indonesia doi paling benci karena nggak jauh-jauh tuh dari pornografi kebanyakan sih, walau Kang Abik dan kawan-kawan berhasil membantah itu semua.

Wahid
Rajinnya doi qiyamulail beriring dengan semangantnya mendukung klub sepak bola kebanggaannya kalo lagi tampil di TV. Doi asli pecinta bola sejati kelas Wahid. Kalo’ lagi beli majalah Tarbawi tak lupa ia meyandingkannya bersama majalah BOLA. Tidak cukup di seputar bacaan tentang bola, ternyata jersey Chelsea, Liverpool, Real Madrid doi punya. Tapi yang lebih banyak jersey Barcelona. Dari tulisan nama di belakang baju David Villa, Lionel Messi, A. Iniesta, Xavi, Charles Puyol sampe G. Pique doi koleksi. Wah kalo’ dinding di kamarnya jangan ditanya (jawab sendiri aja ya ane males nulisnya, bayangin aja deh!). Pun di tim futsalnya Wahid adalah kapten tim. Doi sudah banyak juga koleksi trophy dari turnamen yang doi ikutin. Nah, temen-temen se-halaqahnya tahu bener sama talenta Wahid jadi klo kebetulan ryadho futsal pasti pada maunya satu tim ama Wahid. Akibatnya doi jadi korban nggak main karena ”demi keadilan” kata teman-temannya yang lain (oposisi di luar partai Wahid, haha...)

Awan
Wah yang satu ini nih, pasti orang nggak nyangka sekali kalo doi ikhwan. Nggak ada potongannya bangetz kecuali janggut klimisnya. Awan dari atas rambut gondrong belah pinggir ala artis Korea, bajunya kaos oblong melulu, pake jeans walau bolong-bolong tapi bolongnya pada tempat yang tidak membuka auratnya. Ada jeansnya yang lain pada bolongnya ia tampal pake bordiran NO SMOKING (nampak nih dakwahnya, haha), trus doi pake rantai dompet pula, sandal jepit asli katanya beli di distro. Casing yang begini nih umumnya nongkrong di pinggir jalan, kebut-kebutan, trus neko-nekoan. Tapi, Awan berbeda walau ’hancur ’ begini ia lebih suka nongkrong di teras masjid nunggu adzan, lebih seneng baca buku di perpus dan doi punya banyak temen dari seluruh kalangan. Dari yang nakal ampe yang binal (wah apa bedanya tuh?). Doi juga kenal dengan genk atau grup-grup di kotanya dari genk motor sampe grup pecinta paru-paru (GP3). Doi pernah buat acara nyebarin 10.000 pamflet, stiker iklan anti rokok dengan mengkombinasi teman-teman genknya itu.

Nasri
Enak tuh apalagi kalo Nasri udah jadi bubur (haha...lagi, kata pepatah plesetan). Umumnya kalo ikhwan bermotor pasti pelan-pelan, hati-hati, dari helm sampe klep motor lengkap terpasang pada tempatnya (jangan dituker ya!). Nasri type yang berbeda, doi pembalap yang ramah, ngebut tapi sopan (gimana tuh?) yah, karena kesukaannya pada dunia otomotif jadi membuat motornya bahan praktek. Motor Nasri modifnya gokil tapi sopan dan go green (jiaaah...lebay) walau di tune-up mesinnya halus, knalpotnya nggak cempreng. Karena doi sendiri paling benci pada dua jenis kendaraan dan bakal disalibnya yang pertama knalpot motor yang bising mengganggu kesehatan telinga, kedua cewek di motor yang pake celana atau bajunya kurang dasar karena itu mengganggu kesehatan mata dan hati (parah kan???). Walau doi sering ngebut bermotor tapi bukan berarti kalau ada barang yang jatuh di jalan (mis: helm, topi, sepatu adik kecil, tas dll) doi pasti bantu mengambil dan memberikannya. Pun juga kalau ada apa saja yang mengganggu di jalan, batu, pelepah pisang atau bungkusan sampah doi pasti membuangkan pada tempatnya kecuali, yang ada di tengah jalan papan tulisan ”MAAF SEDANG ADA RESEPSI” doi belum berani membuangnya J


Haha... tertawa donk! Nah itu sekedar bayangan aja, kalau ternyata ada juga ikhwan yang seperti itu di dunia fana ini, terserah antum mau menilainya gimana. Toh no body’s perfect sebaiknya kata tersebut kita benar-benar pahami secara ’benar’ tidak kaku. Mereka semua diatas sebagai gambaran untuk seorang akhwat juga mungkin agar tidak membayangkan tinggi-tinggi sosok ikhwan yang mereka harap ’ideal bangets’. Dari hal tersebut saya kira faktor internal lah yang menjadi penilaian bukan eksternalnya sahaja. Yang pasti walaupun bagaimana kalau mereka digabungkan, dikumpulkan dan inisial depannya diambil satu per satu, maka mereka itu tetaplah I-K-H-W-A-N.


Perumnas Sukajadi ternyaman- embun fajar 25 Juli 2011 pukul 15.10 wib selesainyo di rumah pas penduduk perumnas lain sibuk di pasar nonton gerak jalan 17-an.

Kamis, 21 Juli 2011

Sepenuh Hati

Tuhan kapan keresahan ini terjawab
Aku tak pernah bosan meminta-Mu
Menghadirkan dia secepat inginku
Tetap jua kaulah yang mau

Di tengah tandusnya hati ini
Kuingini setitik air jernih
Tapi masih kau beri duri
Kusingkirkan sepenuh hati
Dan aku terus masih mencari

Kasih...
Kan kulepaskan semua tirani
Agar kita bisa menyatu hati
Menuntun cinta pada yang abadi

Kasih...
Kujemput kau dengan restu illahi
Berbalutkan nilai-nilai syar'i
Agar iffahmu tetaplah suci

Kasih...
Bersabarlah dalam penantianmu
Hingga ketentuan-Nya berlaku
Hingga kita berjalan belajar dalam titian ilmu

Embun Fajar ~ created 19 April finished 20 July 2011

Senin, 18 Juli 2011

Jika Hewan Punya Facebook

oleh Fajar Kustiawan pada 27 September 2010 jam 10:27

Kalau binatang punya Facebook, kira-kira statusnya apa aja ya? Berikut beberapa yang sudah ditemukan. Tapi nggak tau apa mereka bener binatang.

Anjing Pudel : Nunggu mo ke salon neh

Kecoak : Baru aja selamat dari injekan maut, yeah!

Sapi : Aku diraba-rabi lagi oleh majikanku

Kucing : Anak gue yang ke- 5 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa. Gue sendiri lupa bapaknya siapa?

Nyamuk: Ane positif HIV AIDS boooo

Ayam : Teman-teman...kalo besok gw ga update... berarti gw udah di goreng... i luv u all...

Cumi-cumi: Abis isi ulang tinta nich.

Babi: Gw difitnah nyebarin flu. Sialan!!

Kambing : Selamat lebaran haji kemarin ndak disembelih

Bagaimana dengan kamu ?

Kamis, 14 Juli 2011

Kamus Pelesetan Bahasa Indonesia

Kamus pertama di Indonesia dari Orang Luar Biasa untuk orang Gilaaa…

ARIZONA
Sebuah tempat kekuasaannya ‘Ari’ kalau yang berkuasa sudah berganti nama ‘Budi’ maka akan menjadi Budizona, asal jangan berubah menjadi ‘Terpe’ maka kayak lagunya Glen Fredly “Terpezona ku pada pandangan pertama…tak kuaza menahan raza…”

BALADEWA
Maafnya ini bukan sebutan untuk fansnya Dewa 19 melainkan buah yang bentuk biasanya lontong (lonjong maksud saya), enak di kasih gula, diaduk dengan air hangat, terus di kasih es batu; Sangat nikmat bila di minum untuk mecah berbuka siang-siang bolong yang panas terik;

CADAS
Suasana yang menyenangkan dalam hidup, anda bisa bercadas-cadas ria sampai lupa diri. Tertawa membunuh hari sampai lupa hari sudah mati; bisa juga singkatan dari Calon Anak Dokter Agak Serewet;

DISTRIK
He..he… kamu sudah tebak kan? Distrik aliran arus yang bisa mengakibatkan Televisi Bergambar, Kulkas jadi dingin dan membuat Kipas Angin kurang kerjaan ngipasin angin. Juga bisa buat orang kribo seperti kamu (sok tahu) rambutnya mendadak lurus kalo kesetrum.

ELEGI
Imbuhan ‘e’ pada e-mail maksudnya elektronik (trus apa hubungannya dengan kata diatas bro?) nah, elegi itu elektronik yang bisa dipakai selama hari ‘legi’ (hari jawa) kalo kamu di hari kliwon, pon, pahing atau malah wage kamu tidak bisa memakai alat elektronik tersebut (bingung kan? Itulah misi saya);

FEMINIM
Kamu cewek yang suka pakai celana mini? Kamu cewek yang punya banyak blus tipis dan kurang dasar? Kalau bukan, tolong cariin saya cewek itu dong! Kasihan saya mau kasih selimut sama obat masuk angin nih. Kalau iya, maka kamu type cewek feminim. Fashion (Fe:baca sigkat) dan Kurang (Minim:baca) jadi kalau kamu atau ada temen kamu yang suka pakek gobor-gobor, bajunya lebar-lebar dia itu termasuk type Femaksi… (Maksimal:baca); Kalau yang besar kamu tidak pakai, tapi yang biasanya pakaian adiknya super ketat ngotot dipakai juga itu namanya Femaksa;

GPU
Singkatan dari Gosok Pijat Urut; Gosok Pijat Usap; Gosok Pijat Uangnya dong, gimana sih udah di urut dan di usap masak nggak dibayar;

HIDROPONIK
Dari bahasa serapan hidro (air) sedangkan ponik itu suatu keadaan yang mengejutkan, tak terduga-duga, lonjakan atau sejenisnya; jadi tsunami itu bisa dikatakan hidroponik, riak ombak yang tiba-tiba menyapu bangunan pasir kamu juga disebut hidroponik, apalagi air kopi yang kamu buat untuk tamu dan kamu terpeleset, lalu airnya menumpahi muka tamu kamu, nah itu juga bisa dikatakan apa? Pinter. Hidroponik yang aneh;

INFLASI
Modernisasi yang begitu tumbuh pesat ini membuat para ekonom berfikir kreatif untuk mengatasi permasalahan pasar. Pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif memaksa orang-orang hidup hemat. Maka Inflasi sering sekali dipakai orang bila terdesak. Daripada kamu tidak bisa bayar hutang lebih baik kamu ngaku deh sama orang yang ngutangin kamu siapa tahu dia berkomentar begini “Daripada kamu tak sanggup bayar hutang, mending aku Inflas sih aja biar kamu fuas!”


JERAMI
Nama artis Indonesia yang tampan, hidungnya mancung nama lengkapnya Jerami Thomas; Makanan andalan anak kos, murah dan mudah dimasak, Indomi, Supermi, Jerami;

KEBAB
Anonim dari lantaran atau biasanya kata ini sering sekali berdekatan (ciyee…ciyeeee) maksudnya berdampingan (ehem…pengen ya?) Nah, maksudnya lagi meng-imbuhi kata akibat;itu; oleh kebab itu saya memberitahu Anda agar tidak salah faham;

LIMAU
Satau, Duau, Tigau, Empau lalu Limau atau Duau ditambah Tigau sama dengan Limau bukan? (aneh nih orang! Padahal itukan nama binatang yang kalau anak kecil ngomongnya haLIMAU…aauuuumm :-)


Embun Fajar ~ 14 Juli 2011 Pukul 11.10 WIB
Cukup dulu ay sampe abjad “L” bae, nanti tunggu kelanjutannya atau saya mau lihat ide-ide teman-teman yang-yang kreatif-kreatif itu-itu (kok diulang-ulang-ulang-ulang…) bukan maksud hati untuk merusak tatanan bahasa Indonesia kita tercinta, tapi sekedar untuk menuangkan kegilaan saya. Jika rasa asyik terus berlanjut silahkan hubungi psikiater terdekat!

Senin, 11 Juli 2011

Penjara Cinta

Aku jadi merasa bersalah setelah mendapati kabar wanita yang kucintai itu lari dari penjara. Dia tersangka pemakai shabu-shabu. Namun Polisi berhasil menangkapnya kembali di Siangapura. Pikirku hanya koruptor saja yang berlari kesana.

Aku begitu sibuk dengan waralabaku. Bisnis minimarketku berkembang pesat. Sudah mencapai 105 outlet tersebar di 26 kota di Indonesia. Bahkan aku jadi sibuk mondar-mandir ke Singapura-Malaysia-Thailand untuk buka cabang baru disana. Clara! Pacarku itu sampai aku lupa pernah membuat komitmen padanya untuk segera menikahinya setelah S2-ku selesai. Ah, hingga semuanya jadi hancur berantakan.

Awalnya aku dan Clara saling mencintai. Aku selalu punya waktu untuk mendengar curahan hatinya. Bahuku selalu ada untuknya. Dia wanita cantik yang aku kenal saat di terowongan kereta api. Gadis itu putih cantik, anggun sekali rambutnya panjang terurai, mengenakan blus putih motif bunga-bunga, ia berjalan santai di rel. Tatapannya ke atas langit-langit terowongan membuatku penasaran pada Clara. Kadang ia senyum, seolah disana ia lihat taman surga. Aku mendekatinya dan menyapanya.
“Hai, gadis cantik apa yang kamu lihat?” tanyaku sambil mengikuti berjalan mengiringiya menjajaki balok rel.
“… “
Aku tak mendengar suara keluar dari mulut mungilnya. Kembali kutanya.
“Siapa namamu?”
Hanya senyum yang disajikannya.
Aku menggaruk kepala yang sama sekali tak gatal.
Kerata Api dari arah belakang sudah sedari tadi meneriakan klaksonnya.
Aku seolah tersihir akan tingkahnya hingga baru menyadari kerata api itu tinggal beberapa meter lagi dari kami.
Clara masih terus berjalan santai, kini membentangkan kedua tangannya, tersenyum pada Tuhan.
Kuterkam dia hingga kami berdua terpental kepinggir rel. Hampir saja tubuhku dan Clara dilumat habis kereta.

^^^

Tadi pagi aku buat janji dengan Clara untuk menemuinya di Danau dekat residen elitnya. Kedua orangtuanya kaya raya mungkin masuk dalam daftar 50 orang terkaya di dunia menurut majalah Forbes.
Kami duduk berdua pada kursi panjang yang sengaja dibuat untuk memanjakan para pemilik perumahan mewah ini. Angin danau mengahadirkan kesejukkan alami. Sepertinya Clara lebih damai disini daripada udara AC dirumahnya. Lisannya mulai mengalirkan cerita—membuatku sebagai seorang lelaki yang harus kuat menahan air mata agar tak jatuh dan tak ditertawakan dunia.
Clara putri satu-satunya yang mewarisi banyak perusahaan orang tuanya, tapi dia hampir tidak ingat bagaimana bentuk wajah papi dan maminya. Clara seolah dilahirkan, dibesarkan dan tumbuh bersama para pembantu dan uang yang berlebih-lebihan tentunya. Pernah Papi dan Maminya mengajak Clara ke Belanda untuk weekend bersama. Namun yang harusnya Clara happy jadi sepi karena Papi Maminya cekcok mulut. Terjadi pertengkaran hebat. Dan pergi tanpa memperdulikan perasaan Clara.
“Aku tidak butuh itu semua, persetan pada uang, kartu kredit, berlian, rumah mewah! Aku hanya ingin Mami dan Papi menikmati hari bersamaku, setidaknya mereka kelihatan damai di mataku saja sudah cukup.” Ucap Clara dibalur derai air mata yang dari tadi juga sudah mengucur deras. Airmataku pun jadi ikut-ikutan menitik walau tak seember tapi cukup untuk menyiram bunga di pinggir danau.
Clara produk broken home.
Sejak saat itu aku berjanji untuk bisa bersama dan mendampingi hari-harinya. Sampai kami berjanji untuk menikah. Tapi situasi ini hanya bertahan selama 3 bulan saja. Selanjutnya aku juga termasuk jenis manusia yang melupakannya. Entah kenapa.

^^^
Malam begitu dingin. Sulbiku seperti ada yang menusuk-nusuk. Aku terguncang mendengar kabar Clara disiksa dipenjara. Oleh Sipir yang menjaganya. Sipir itu begitu kejam pada Clara. Ia memperkosa Claraku yang sudah tak berdaya. Akupun tak bisa berbuat banyak. Clara tak pernah mengabarkan keadaannya kepada orangtuanya. Sengaja biar tuntas deritanya selama ini. Clara juga jadi begitu membenciku—menghapus namaku dari memori ingatannya.

Hanya pena yang jadi teman titik air mataku. Aku beranikan diri menulis surat. Surat ini nantinya akan kusampaikan kepada Mahkamah Konstitusi, eh Salah Mahkamah Agung maksudku atau bahkan Menteri HAM, sebenarnya sih ingin langsung ke Pak SBY tapi aku khawatir akan terbengkalai. Sudah terlalu panjang daftar masalah negeri ini. Jangankan kasus seperti ini kasus Ruyati yang riwayatnya tamat di Ujung Pedang Arab pun hanya lewat selayang pandang, padahal keluarganya sangat berbekas pada suku kalimat “Tak ada yang peduli kami” terpahat abadi dalam hati mereka.

Kutulis juga kisah pertemuanku dengan Clara pada sebuah kertas HVS yang di belakangnya sudah terdobeltip—kutempelkan di dinding. Kutulis permintaan maafku yang dalam sedalam Laut Hitam, lalu kutempelkan pula. Setiap waktu kuhabiskan untuk menulis, mencorat-coret, melukis sketsa wajah Clara dan begitulah warna di hariku.
Hingga terdengar suara seseorang menggiringku.
“Masuk-masuk ke kamar sana! kamu keluar pasti mengotori dinding terus.” ujar seorang pria berkostum putih-putih yang selama ini merawatku. Dia dokter di Rumah Sakit Jiwa Harapan Bunda.

Embun Fajar – 11 Juli 2011 Pukul 12.35 wib di ARTCOM ternyaman.

Mohon maaf apabila terjadi kesamaan nama, tempat atau lainnya. Ini hanya cerita fikif belaka. Maaf ya klo ada yang bernama Clara! Sumpeh gue Cuma ngayal, Cuma mau olahraga otak kanan yang hampir jarang dilatih. Dari 3 kata : Lari, Pena dan Kamar saya mencoba mengaduk-aduknya hingga hancur begini…hiii…hii….

Minggu, 10 Juli 2011

Seputih Awan


oleh Fajar Kustiawan pada 04 Juli 2011 jam 21:22

Embun pagi hinggap di pucuk dedaunan. Bulatannya jernih, menitik jatuh di mahkota adenium obesumdijatuhkannya kembali ke flora yang lebih bawah. Hingga titisan airnya ikut bergabung—berenang bersama riak sungai Kelekar.

Kupandangi fenomena alam ini hampir tiap pagi sambil bertapa di jamban belakang rumah. Dari sinilah aku sering mendapat ide untuk menulis. Luar bisa ternyata aku dapat pelajaran menarik pagi ini bahwa apa yang telah diberikan alam akan kembali ke alam lagi. Seperti halnya proses sirkulasi air di sungai menguap, panasnya naik bergabung ke awan, kalau sudah cukup konsentratnya maka awan akan bertransformasi jadi hujan atau sekedar embun yang jatuh ke pepohonan, dedaunan dan akhirnya ke bumi lagi.

Ah, aku jadi ingat sohibku Awan. Ia begitu memberiku pandangan baru tentang seorang teman. Ia seperti alam yang di utus dengan nama Awan dan bermaksud memberikan pelajaran hidup untukku.

Awan belum genap setahun ikut ngaji dengan kami yang hampir masuk tahun ke-5 tapi jujur secara penerapan aku iri padanya. Awan bukanlah ikhwan tulen kalau kita menilainya dari tampilan. Dari atas akan aku deskripsikan makhluk aneh satu ini. Rambut jangan harap pendek rapi, dia lebih sering tampak panjang atau bahkan pernah dia menunjukkan fotonya dahulu waktu habis tamat SMA rambutnya terurai panjang sepanjang aliran sungai Kelekar (ber-lebaaaaay-an…) pernah pendek tapi mode ala CR7 “Kata cewek sih keren” ucapnya.

Awan lebih sering pake baju kaos sekenanya, tapi sopan—motif atau gambarnya nggak macem-macem. Celana jeans juga sering ia kenakan tapi tak ada pake acara bolong-bolongan. Ada satu lagi yang tak pernah ia tinggalkan. Rantai dompet, ya rantai kapal kalau aku sering nyindirnya. Tidak terlalu besar sih tapi setahuku rantai dompet yang lebih kecil ada, atau tali rapia aja. Awan kontan ngakak saat aku komen seperti itu.
Awan pernah bercerita bahwa dulu dia sudah berkali-kali kehilangan dompet “dicopet” tanyaku. Dia menggeleng, katanya dia itu punya penyakit pelupa akut tapi belum sampai pada taraf amnesia. Jadi terkadang dompetnya tinggal, jatuh, atau tercecer nggak karuan.
“Ini tak lebih dari sekedar sugesti Sob! Tak ada niat buat gaya-gayaan kayak anak punk-punk ketipak tipang itu. Alhamdulillah bi idznillah dan perantaraan rantai ini aku tak pernah kehilangan dompet lagi.” Ujarnya menjelaskan.
Dulu sebelum rantainya sebesar yang sekarang dia pernah coba yang kecil dan halus, tapi katanya mudah berkarat dan kusam-masai, malah nggak enak kalo ntar dia dapat julukan dekilman.

***
Okelah, aku tahu betul sohibku satu ini. Berbeda sekali denganku. Celana jeans belum pernah menginap di lemariku, baju kaos ada, tapi minoritas di banding kemeja dan baju kokoku. Kalau keluar rumah aku lebih sering pake kopiah, kemeja lengan panjang dan sepan dasar. Oh ya, kalau Awan punya rantai aku punya kacamata. Bukan gayaan teman tapi karena mataku rabun. Aku penderita miopi.

Kalau saja Awan seorang wanita mungkin aku sudah jatuh hati padanya. Hatinya sangat lembut, pemurah, dan perhatian tidak senorak gayanya. Hal termanis yang aku selalu ingat. Awan pernah mebelikanku sandal jepit. Eits, bukan barangnya yang jadi penilaianku tapi caranya. Waktu itu hari naasku, usai sholat Jum’at biasalah kalau teman-teman menyaksikan pemandangan salah satu jemaah yang kebingungan mencari sandalnya yang hilang, hampir di setiap masjid dan di setiap jum’at selalu ada korban. Jum’at ini aku korbannya.
Sandalku satu-satunya yang cukup bagus menurutku dan tentunya menurut si pengambil—hilang. Ternyata ketua masjid sudah antisipasi masalah ini, memang sudah dianggarkannya, lalu ia menyuruh marbot masjid mengeluarkan sandal dari sebuah kotak. Keluarlah sepasang sandal ‘Jepang’ warnaya sudah sedikit pudar, lecek, kotor, tapi bentuknya masih sempurna seperti sandal. “Ah, lumayan daripada pulang kerumah nyekerman.”
Dari situlah aku akrab dengan sandal itu, ia tak tergantikan bukan karena nilai historinya tapi karena memang tidak ada uang buat ganti yang bagusan dikit. Sandal itu sering kupakai rapat, temu kader, menghadiri majelis taklim, ryadho, ke jamban, ke bank, ke kantor ah, pokoknya multifungsi dah! Sampai akhirnya sandal itu hilang di masjid tempat kami ngaji bareng Awan.
“Masyaallah… ini tidak bisa dibiarkan, sandal begitu juga masih disikat. Kelewatan nih maling, miskin amat.” Gerutuku.
“Ada apa coy?” tanya Awan penasaran melihat muka masamku.
“Sandalku ada yang naksir.” Jawabku kesal.
“Gini, di jok motorku ada sandal yah lumayanlah untukmu, gimana mau?” Awan menawariku asa.

Aku mengangguk tanda setuju. Kami kembali ke tempat ngaji dan sepulangnya dia mengeluarkan sandal yang ia maksud.
“Wah, ini mah bagus coy!” kataku ikut-ikutan gayanya.
“Berapa nih?” tanyaku sok punya duit.
“Emang lu pikir gue tukang jual sandal. Sudah ini buat luh deh gue kasian ama nasib lho!” ejek Awan.
“Kutukupret dah, tapi syukron akh!” tutupku girang.

***
Belakangan aku baru tahu ternyata sandal yang di masjid itu dia yang mengambilnya diam-diam. Dimasukkan kedalam tasnya. Lalu ia bermaksud menukar dengan yang menurutnya sandal layak pakai, “Masak aktivis kacau seperti ini sandalnya.” Dia tidak ingin juga ketahuan pemberiannya secara langsung takutnya aku tersinggung, menurutku dia psikolog mahir menggunakan prinsip perasaan kepepet lebih halus dan menusuk. Makin kagum aku dengannya.

Awan mengingatkanku pada Air yang menajadikannya awan dan pada awan yang menjadikannya hujan, pada hujan yang menjadikannya kumpulan air dan air mengalir lagi ke sungai Kelekar (promosi Sungai di kota sendiri, Hidup Prabumulih!!!)

***

Kami sudah hafal betul materi dari Ustadz Chandra tentang Bab Ukhuwah Islamiyah, tapi pada pelaksanaannya Awan lah yang lebih baik. Walau ia baru bergabung ngaji tapi dia sudah sangat paham apa itu ta’aruf, takaful dan tafahum lebih dari kami. Aku ingat betul ketika ia memperhatikan ada seorang diantara kami yang saban dateng ngaji atau kemana saja pake tas panggung yang sudah sobek, lusuh dan jahitannya sudah ingin berontak keluar belum lagi rel slitingnya yang sudah tak bisa meluncur normal.

Sampai kami berkumpul bersama untuk berbuka puasa senin-kami bareng sekaligus merayakan ulang tahun pengajian kami. Setiap orang wajib membawa kado bebas untuk tuker-tukeran hadiah. Diantara semua kado yang kami bungkus ada satu kado pamungkas disebut begitu karena memang biasanya kemasannya lebih besar dari yang lain. Nah, kado itu dibagikan untuk orang terakhir. Pembagiannya pake sistem guncang nama. Tahukah kau teman? Kami semua mendapatkan kado yang biasa, tapi satu kado pamungkas itu dapat oleh seseorang. Ya, seseorang teman yang memang layak mendapatkan barang itu. Dan kau teman pasti sudah menebak siapa yang mendapatkannya dan apa barangnya bukan? Ya, Tas baru dan bagus untuk seorang teman yang kami tak pernah hirau kecuali Awan. Awanlah yang mendesain itu semua, halus dan menusuk kalbu. Menganggumkan.

Tetaplah begitu kau Awan!
Teruslah kau menaungi kami!
Walau bayak yang lain mencibir luarmu.
Tapi kau tetaplah Awanku yang dalam, tinggi, luas dan putih.
Seperti hatimu. Kaulah inspirasiku hidupku…

Embun Fajar – Prabumulih, 02 Juli 2011 Jam 10.40 WIB
Teruntuk seorang sahabat disana yang mengerti dan memahami aku. Terima kasih atas cinta dan perhatianmu. Semoga Allah membangunkan rumah di surga untukmu.

Biar nyambung :
Ikhwan : Sebutan untuk laki-laki yang memahami Islam
Ryadho : Olahraga/gerak tubuh
Syukran : Terima kasih
Akh : Panggilan saudara laki-laki