Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Minggu, 23 Oktober 2016

Saya dan Mimpi Muluk di FLP

"Impian adalah energi luar biasa yang menggerakkan seseorang mengarah ke tujuannya. Dan saya saban hari bernafas serta hidup bersama mimpi-mimpi itu". Sepenggal untaian kata yang terus membersamai saya. Bagi seorang yang  tidak punya apa-apa seperti saya, hanya impianlah yang bisa menyemangati menjalani hidup ini.

Awal Kenal FLP
Sebenarnya saya sudah mengenal FLP sejak kecil sebagai sebuah komunitas penulis-penulis yang mencerahkan ummat dan sebagian besar mereka anak-anak muda dengan talenta luar biasa. Dulu saya rutin baca majalah Annida punya kakak, majalah yang isinya begitu digemari anak muda di zamannya kala itu. Hampir semua penulisnya dari FLP, karena memang yang punya dedengkotnya FLP mbak Asma Nadia yang notabanenya beliau adalah adik dari mbak Helvy Tiana Rosa pendiri FLP.

Cikal Bakal FLP Cabang Prabumulih
Saya ditawari bentuk FLP cabang dari wilayah Sumsel, karena saya membuat KORPEN (KOmunitas Remaja PENa) yang sudah membukukan antalogi cerpen dengan judul "Bidadari Tomboy". Namun untuk launching, kami perlu mengundang penulis nasional tapi yang tidak berbayar mahal (gratis kalau bisa) hehe...maklum kami belum ada kas waktu itu. Akhirnya, jatuhlah pada pilihan mbak Azzura Dayana penulis nasional asli Palembang dan bukunya sudah bertebaran dimana-mana (tercecer kali ya?). Beliau langsung menawarkan untuk membentuk cabang dan beberapa bulan kemudian, beliau pula yang melantik kami. Jadilah saya diamanahkan sebagai Ketua FLP cabang Prabumulih (karena gak ada pilihan, secara saya paling tampan kala itu).

Pelantikan Kepengurusan FLP cabang Prabumulih

Sang Pembelot
Usai dilantik, kami memiliki asa dan impian hebat. Tapi penuh dengan tantangan dahsyat. Dari anggota angkatan pertama semula 20an orang, kian hari kian susut. Emang tidak mudah menjadi ketua, ditambah ujian satu orang anggota saya ada yang membelot. "Hah...pembelot?" terkejut dengan pose close up. Iya, sepertinya dia terlalu merasa pintar dibanding teman-teman lainnya, apalagi dibanding saya ketuanya. Ketika dia mengutarakan maksud hendak keluar, dia berkata begini "Dak ado manfaatnyo begabung di forum ini, dak ado ilmu yang aku dapet" persis masih jelas sekali dibenak saya hingga sekarang (nulis sambil nangis...hiks...hiks).

Padahal, jujur saja saya sudah mengerahkan habis-habisan ilmu, tenaga bahkan harta, dari mengundang penulis diluar yang berbakat untuk pemateri. Semua karya sastra sudah disampaikan dari novel, cerpen, fanfiction, fabel sampai puisi. Apalagi yang kurang kalau bukan ketiadaan hati untuk membersamai didalamnya (ciyeeilee...). Belakangan saya tahu, kalau dia membentuk komunitas menulis serupa dan dia menjabat sebagai ketuanya. Namun seperti prediksi saya, tak bertahan lama. Sudah saya katakan tidak mudah jadi ketua. Tapi, saya tetap menganggap dia sebagai sahabat, saya tetap mengundang dia diberbagai kesempatan (bila sempat) membersamainya dalam FLP. Karena sejak awal saya berprinsip "Apapun yang orang katakan tentang saya, saya tetap mencintai orang itu."
Biarlah ini dijadikan pelajaran berharga untuk semua pihak. Tapi saya pantang nyerah, agenda FLP tetap berjalan seperti biasa.

Ada Udang dibalik Pempek
Mungkin istilah ini hanya wong Palembang yang fasih menafsirkannya. Bukan rahasia umum lagi kalau disetiap keanggotaan FLP dimanapun lebih banyak wanitanya dibanding laki-lakinya, betul kan? Setelah saya otopsi, saya menemukan faktanya. Iya jelas, cewek itu suka nulis diary, surat dan hal lain yang sifatnya romantisme. Sementara cowok hampir jarang, paling kalaupun ada nulis di tembok, corat-coret badan (tatto). Jadi wajar, kalau ada anggota cowok akan menjadi kumbang idaman bagi bunga-bunga. Nah, hampir 90% anggota saya wanita dan ada satu orang yang nekat dan berani "menggoda" saya, bahasa positifnya mengajak menikahlah. Dan saya tetap profesional tidak mau dulu terjebak urusan asmara. Lalu saya jelaskan ke dia, dia tidak terima dan mundur perlahan, tanpa kabar apapun, dia hilang bagai ditelan Godzila (iiih...serem).

Dengan hilangnya satu per satu, saya bersyukur, berarti Tuhan sedang menseleksi tim terbaik buat saya. Yang sekarang saya sebut tim inti, tidak banyak hanya 7 orang yang solid, cukup buat saya untuk menggetarkan Prabumulih.
 
Tim inti organisasi FLP cabang Prabumulih


Beberapa kegiatan FLP Cabang Prabumulih :
 
Bedah karya di tepian anak sungai lematang

Refreshing cari ide menulis di sungai duren
 
Dongeng Ceria & Bagi-bagi Majalah Anak

Gelar Taman Baca Keliling di Taman Kota

Dalam setiap kesempatan Rakorwil Sumsel saya pastikan membawa pasukan banyak. Sewa mobil ke Palembang (pakai uang saku sendiri) Oh iya, jarak dari Prabumulih ke Palembang sekitar 2 jam/90 km. Pokoknya setiap diundang, saya usahakan hadir dengan antusias. Mungkin itu yah, saya dinilai sebagai FLP cabang Terbaik pada FLP Awards Sumsel tahun 2013. Pada tahun-tahun pertama saya membangun kedekatan personal, kebersamaa dan winning team dulu, setelah itu melibatkan anggota pada aksi social, meningkatan pemahaman keislaman serta peningkatan kualitas kepenulisan.

Mendapat FLP Award cabang terbaik

Kini, tahun demi tahun terus berlalu. Dengan saya masih menjabat ketua (bakal lama nih kalau belum ada kandidat penerus yang lebih ganteng dari saya:narsis). Ibarat tumbuhan, kami sedang bertumbuh. Setiap awal tahun, saya selalu membiasakan mengundang semua (termasuk mantan anggota atau yang hilang gak jelas, asalkan nomor hpnya ada) untuk hadir duduk bersama membahas apa terget dan mimpi tahun ini. Dengan begini, cita-cita FLP bukan hanya ada pada ketuanya saja melainkan semua anggota terlibat aktif, lha wong mimpinya bersama jadi semangat mewujudkanya pula mesti bersama-sama.

Alhamdulillah, tahun 2016 ini target cukup sesuai harapan seperti PDKT dengan dinas perpustakaan daerah, berkat kunjungan rutin kami ke perpusda dan pengenalan FLP itu sendiri.
Mengadakan Lomba Cerpen Nasional, di tahun ini pula kami menjadi pelopor satu-satunya di kota nanas ini sebagai inisiator lomba menulis cerpen pertama dengan tajuk "Sayembara Cerpen Seinggok Sepemunyian". Dari event inilah akan kami cari cikal bakal anggota FLP Prabumulih untuk KCM angkatan selanjutnya. Audensi dengan Pimpinan Koran Harian Prabumulih Pos, yang salah satu tujuannya adalah meminta kerjasama keterlibatan FLP dalam mengisi berbagai bentuk karya sastra yang bisa dimuat di koran. Alhamdulillah, hasil audiensi ini disambut baik oleh pimpinannya langsung menawarkan kolom khusus cerpen yang akan bekerja sama dengan FLP.

Ditengah pencapaian tersebut, sebenarnya impianlah yang membuat saya dan teman-teman berjuang keras. Dengan berbagai keterbatasan, kekurangan fasilitas (kelas mingguan kami masih nomaden) tapi justru membuat kami tegar dan tulus. Karena belum tentu dengan semua fasilitas memadahi dan akses mudah, seseorang atau sebuah organisasi bisa mencapai targetnya, belum tentu. Sebagian besar malah lalai dan malas terlena fasilitas.

Suasana kelas cinta menulis pekanan (tempat numpang-numpang)

Saya, teman-teman dan mimpi muluk di FLP sebenarnya tak banyak, tapi sangaaaaat banyaaak...

Ingin Prabumulih Dikenal
Sedih rasanya hidup dan besar bertahun-tahun di Prabumulih. Tapi sumbangsih kami masih secuil di kota ini. Kami ingin kota kami dikenal banyak orang, bukan cuma Palembang yang dikenal orang Jawa kalau menyebut pempek. Prabumulih juga ada, malah lebih enak (ehem...)

Blog FLP Prabumulih Jadi Rujukan
Ketika orang mengetik keyword "Prabumulih" maka kami ingin pastikan blog http://flp-prabumulih.blogspot.co.id/ yang nomor wahid berada di bar search egine. Dan orang bisa membaca berbagai apa saja seputar Prabumulih. Dari tempat wisata, budaya, kekayaan alam dan tempat nongkrong favorit dan itu semua ditulis oleh anak-anak FLP.

Memiliki Penulis Lokal taraf Nasional
Belum adanya penulis nasional yang populer di kancah dunia literasi asli dari Prabumulih. Ini membuat peluang dan semangat kami begitu membara. Sebenarnya teman dan saya tentunya adalah penulis pemula yang berbakat (he..he...). Hanya saja belum menemukan formulasi dan link yang tepat. Diiringi tekad yang kadang masih kumat-kumat. Saya yakin, beberapa tahun kedepan, buku-buku kami akan laris manis di pasaran dan lahirlah penulis hebat.


   Penandatangan Buku Antologi Cerpen tema Cinta

Saya sadar, seperti kata mbak Ummi Lailasari (Penulis/Pengurus FLP wilayah Sumsel) FLP ini ibarat rumah kosong yang gelap, kita hanya ditunjuki arah masuk rumah. Selebihnya kita yang aktif mencari, mana ruang tamu, kursi, jendela dan mulai bersih-bersih sampai akhirnya jadi rumah yang nyaman untuk kita berkarya dari sana. Dan jangan pernah lupa akan rumah yang membesarkan kita.

Ingat kawan-kawan semua, jangan pernah lupa pada rumah yang membesarkan kita. Dan tentunya kita ada untuk berkarya. Saya begitu yakin, pengurus FLP pusat www.flp.or.id adalah orang-orang cerdas, yang mampu membaca kerumitan atau masalah-masalah keorganisasian baik dari wilayah, cabang, sampai ranting. Mereka orang-orang handal yang mampu menguraikan itu semua, membuat perencanaan matang, lalu aktualisasi. Sehingga FLP kedepan sangat diperhitungkan dengan kader sampai kepelosok desa sebagai kader yang kreatif lagi produktif berkarya untuk bangsa dan negara.

Semoga FLP masih pantas sebagai hadiah dari Allah untuk Indonesia (kutipan dari Taufiq Ismail) tentu kalau bukan kita siapa lagi, mari menulis, mari mencerahkan!

Sabtu, 12 Januari 2013

Antusias VS Impian


Oleh : Embun Fajar

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan memberikan materi ‘The Power of  Dream’ di sebuah Panti Asuhan. Saya adalah pemateri terakhir yang diundang untuk memberikan gambaran jelas tentang kekuatan impian. Hujan rintik malam itu tidak mengurungkan niat saya untuk berbagi dengan anak-anak panti. Agenda seperti ini bisa juga saya sebut seminar kecil-kecilan dengan beberapa orang dan beberapa batang hidung panitianya. Naasnya ketiban saya mengisi adalah jam 10 malam. Pesertanya sudah terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama, yang masih ada sisa energi dan semangat melanjutkan sesi demi sesi acara. Kedua, yang sudah mulai mengantuk dan capek, tapi masih ingin mengikuti karena takut akan lirikan mata panitia. Dan yang ketiga, sudah langsung praktik ber’mimpi pulas sekali.
Sebagai seorang pembicara hal seperti ini disebut shock-down. Namun saya selalu berfikir positif, alangkah malangnya golongan pertama bila saya tidak meneruskan. Dan inipun menjadi tantangan saya untuk tetap menjaga golongan pertama antusias mengikuti, mendongkrak semangat golongan kedua, dan golongan ketiga yang sudah berbeda alam walau semi-mustahil untuk membangunkannya.

Saya menguraikan betapa pentingnya memiliki impian. Saya juga menampilkan beberapa gambaran bila sesorang tidak memiliki impian dalam hidup dan video tentang seseorang yang cacat pun mampu meraih impiannya. Tibalah pada sebuah kejadian yang mengejutkan saya. Kejadian yang diluar dugaan saya berikut menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk mereka, terlebih saya. Ada beberapa teori yang selama ini terbantahkan.

Umumnya dalam sebuah arahan motivasi membangun impian dan mewujudkannya. Sesorang harus jelas dulu apa saja dan bagaimana cara meraih impiannya. Saya mengatakan “Kita harus punya goal, satu per-satu secara terperinci dan usahakan sangat jelas.” Saya menganalogikan, ada dua orang yang diperintahkan membeli sesuatu ke pasar dengan membawa jumlah uang yang sama. Maka tentu orang yang memiliki list daftar belanjaan dan sudah tahu toko yang ditujunya serta urutannya. Itulah orang yang lebih dulu menyelesaikan tugasnya.

Pada sesi materi ini, saya mengadakan game dengan memanggil dua kelompok orang. Saya minta kelompok pertama dari pria dan kedua dari wanita. Gamenya yaitu menyusun puzzle. Kelompok pria diberikan satu puzzle tanpa gambar panduan asli dan diacak seacak-acaknya, sedangkan kelompok wanita diberikan satu puzzle berikut gambar contoh panduannya dan tidak terlalu diacak. Dari penjelasan awal saya, Anda sudah menebak kan? Sudah pasti kelompok wanitalah pemenangnya karena sudah ada panduan gambarnya. Anda salah! Begitupun saya.

Nah, disinilah saya mendapati hikmah besar. Seperti seminar-seminar motivasi yang sering saya ikuti, adegan seperti ini biasanya 100% berhasil. Yang memiliki gambaran jelas sudah dipastikan jadi pemenangnya. Lebih efektif, lebih cepat dan lebih akurat.
Tetapi tidak di tempat ini, ternyata ada satu faktor penting yang dilewatkan. Yaitu “Antusias”.

Jadi begini, pada waktu memanggil serta memberikan aturan main, saya butuh dua kelompok, yaitu pria dan wanita. Dua orang pria dan dua orang wanita tepatnya. Beberapa pria sudah berada di dekat saya pertanda sangat siap untuk main. Tetapi saya memilih dua orang saja. Sedangkan pihak wanita, mereka harus disuruh dulu oleh panitia untuk maju. Itupun baru dapat satu orang, sementara satu orangnya lagi yang kebetulan tidak tahu apa yang tengah terjadi karena baru kembali dari kamar mandi, dia langsung disuruh maju kedepan dan melengkapi peserta yang satunya. Sampai disini saja, Anda tentunya sudah melihat perbedaannya. Ketika countdown dimulai semua peserta diminta menghitung mulai. Kelompok pria yang tidak diberi panduan gambar begitu gesit membolak-balik part puzzle. Salah, lalu dicobanya lagi. Mereka berdua bekerja sama apik sehingga mengisi part demi part dan melengkapi satu gambar utuh. Mereka menang.

Sementara pihak wanita, sibuk menyalahkan temannya yang salah meletakkan part, ada lagi yang merasa egois letaknyalah yang paling benar, nampak sekali ketidakkompakkan diantara mereka. Bertambah bingung saat saya mulai menghitung waktu berakhir permainan tersebut. Akhirnya, hanya beberapa part saja yang terpasang, sisanya masih berhamburan. Mereka kalah.

Setidaknya inilah kalimat yang bisa saya simpulkan dan mewakili pelajaran dari cerita diatas, bahwa :

Rencanakan impian Anda, Antusiaslah menjalaninya!
Sebagian besar orang punya begitu banyak rencana dalam hidupnya. Ingin memiliki rumah idaman, mobil sport, berkeliling dunia dan lain-lain misalnya. Hanya saja, ketika tantangan bertamu, mereka pesimis. Ketika halangan, hinaan, bahkan pengucilan datang, mereka mencoret dan mengluarkan impian itu dari list.

Antusias lebih dari sekedar semangat yang mendorong untuk mendobrak rasa pesimis, melawan rintangan dan mencari jalan keluar pada setiap masalah lalu menyelesaikannya dan mengambil bendera kemenangan atasnya. Antusias lebih dari sekedar semangat yang membuat seorang karyawan swasta yang capek sepulang kerja, lalu tidur dan dibangunkan oleh seorang yang butuh kepiawaiannya. “Bolak-balik saja part-nya, jika salah ulangi lagi,” sama halnya jika gagal coba lagi, jika jatuh coba bangkit, jika dicerca coba tersenyum, pokoknya tidak ada sisa waktu untuk “mengurusi” musuh Anda. Anda sendiri diberikan durasi waktu hidup yang sangat singkat, jangan buang-buang waktu, fokus saja pada rangkaian gambaran mimpi Anda. Dan antusiaslah menjalaninya!

Target Impian Jelas tapi Tidak Antusias, Kalah dengan Impian yang Tidak Jelas tapi Antusias
Betapapun Anda memiliki peta jalan yang jelas menuju suatu tempat tetapi menuju kesana dengan langkah gontai, sementara orang lain berlari-lari mencoba kesana kemari walau tempat tujuan tidak terlalu jelas akan ada kemungkinan besar ia lebih dahulu sampai ke tujuan daripada Anda. Memang target haruslah jelas, tetapi bila mengabaikan semangat antusias maka entah sampai kapan Anda dapat merealisasikan target tersebut. Bedanya orang antusias atau tidak, sama halnya dengan ketika Anda bangun pagi, bangkit dari tempat tidur, tersenyum depan cermin dan berteriak “Yes, semangat!!!” lalu mandi dan berangkat kerja. Sementara, orang lain bangun tidur, kedinginan, lihat selimut jatuh, lalu diambil dan diselimutkannya lagi serta berujar “Tidur lagi ah…” Walau keduanya akan sama-sama berangkat kerja, tetapi setibanya menghadapi pekerjaan tentu akan sangat jauh berbeda. Bagaimana dengan impian? Tentunya manusia penghuni planet bumi ini memiliki berbagai impian. Tetapi mengapa tidak semuanya terwujud? Karena nilai antusias untuk mewujudkan impian masing-masing orang berbeda. Jadi, yang akan lebih banyak tercapai adalah manusia yang nilai antusiasnya lebih tinggi dari yang lain dan selalu terjaga setiap hari.

Aur, Jum’at-11 Januari 2013 (11:46 wib)

Selasa, 31 Juli 2012

Ketika Cinta Ber-Tasbih-Tahmid-Takbir


Subhanallah,
Ketika cinta tak menghitung angka-angka
Cinta berwujud kesetiaan nan sederhana
Cinta justru hadir menjadi tak terhingga

Alhamdulillah,
Ketika cinta tak mengeja kata-kata
Cinta hanya memberikan pengorbanan saja
Cinta tumbuh begitu bermakna

Allahuakbar,
Ketika cinta terukir oleh dua kata
“kesetiaan” dan “pengorbanan”
Maka cinta seperti itulah yang suci, indah lagi agung

 ***

Subahanallah... Tanpa terasa 30 hari sudah kulalui hidup bersamamu. Waktu yang singkat. Setiap berada disisimu rasanya aku ingin sekali mencabut batre jam, lalu waktu terhenti walau hanya untuk kita berdua. Sedangkan dunai terus berputar tak peduli tentang melodi cinta yang tengah kita dendangkan. Dalam hari-hari yang ku lalui ada beberapa momen indah yang terekam apik di memori ingatanku. Lantaran aku suka menulis maka aku tuliskan momen itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku (hehehe...)

SUJUD
Istriku, kau masih ingatkan!
Saat ikrar suci itu, aku sujud syukur di hadapan Maha Pemilik Cinta bukan tanpa alasan tapi ungkapan cita rasa penghambaan. DIA Maha Baik hingga memberikan sesorang yang tepat untukku cintai sepanjang hayat. Tapi hingga sekarang, rasanya sujud syukur itu masih selalu kurang. Karena aku makin mengenal siapa kamu.

MAAF
Istriku, di hari pertama kehalalan kita. Bukankah aku pernah berjanji?
Berjanji akan selalu mengucapkan “Adakah kesalahanku hari ini?” setiap aku menutup hari.
Aku hanya laki-laki biasa yang berusaha menjaga cela. Bilaku ada salah maka tentu sepuluh jariku terhimpun pertanda permintaan maaf dari relung kalbu yang terdalam. Dan bila kamu yang salah, aku ringankan lidahku melafazkan kata“maaf”. Karena aku juga yang salah tak membimbingmu menjadi wanita yang lebih baik. Andai kita konsisten membudayakan ungkapan cinta seperti ini, aku yakin kelak tangan keriput kita akan senantiasa bergandengan selamanya.

MARTABAK
Rasanya bilangan hari itu akan selalu aku ingat. Hari dimana kau menantiku depan pintu, menciumi pungung tanganku, melucuti jaket dan sepatu kerjaku. Sebenarnya canggung bagiku diperlakukan bak raja padahal aku suamimu yang biasa saja. Aku masih mengingat kesalahanku malam itu. Sesaat sebelum aku pergi tuk sementara meninggalkanmu aku berujar “Nanti malam kita makan bareng ya!”. Malam itu perutku telah kenyang karena makan martabak bareng teman-teman. Aku pulang hingga larut. Sementara kau setia menungguku, walau kelopak matamu sudah tak sanggup lagi berkibar kokoh, tetap kau menyambutku dengan seutas senyuman. Aku pulang bersama perut yang sudah tak selera lagi makan. “Aku sudah kenyang, sayang!” Ujarku. Lalu kau ke dapur, mengambil satu piring yang belakangan ku sebut “makan larut” dan kau makan di depanku. Tanpa marah. Tapi aku menjadi gelisah, karena sepertinya ada yang salah. Kutelisik hatiku lagi. Aku minta maaf dan kutemukan kau begitu berkarakter. Itulah malam yang paling kusesali, sisanya adalah martabaknya.

PULSA SMS
Sekarang kau pandai sekali menebak. Bila ada pulsa masuk di hp-mu pasti langsung kau tuduh aku yang mengisikannya. Padahal dulu tak terhitung laki-laki yang mengisikanmu pulsa. Iya jelas, karena kau telah mengamanihiku sebuah kepercayaan yang harus aku jaga. Tapi sayang, bisa jadi belum tentu juga aku yang mengisikanmu pulsamu. Jujur, aku suamimu yang pemalu yang sebenarnya menanti sms darimu bila aku jauh. Kulihat diriku masih terlalu egois untuk tidak dari sisiku yang memulainya. Dari dulu memang aku berprinsip “Biar saja wanita yang memikirkanku,” sedangkan aku seolah tak peduli tapi merintih. Kalau sms-mu lama ku balas itu bukan berarti aku tak mementingkanmu melainkan aku tengah menormalkan degupan jantungku.
Istriku masih ingatkah dirimu mengenai sms-an itu?
Padahal kita hanya beda bilik, ku di kamar kau di dapur, kita masih saja sms bercanda berdua. Saat kau tengah diam mengetik balasan sms untukku, aku datang mengejutkanmu dari belakang dan irus yang kau pegang terhempas diatas kuali penuh minyak panas. Lalu, tumpah seperti tumpahnya tawa kita berdua.

CANTIK BAGIKU
Kita sering berkaca berdua, kau bilang aku tampan dan ku puji kau cantik. Jujur kukatakan padamu, bahwa secara fisik kau nomor satu. Tapi bukan itu yang membuatku terpesona. Karena bila hanya itu, aku paling mampu mencintaimu satu bulan lagi. Aku menempatkan ketakjubanku pada akhlakmu di atas “donat” cintaku yang gulanya kau taburi terus tiap hari. Pernah satu malam, aku pulang main futsal hingga larut. Lelah sekali rasanya, tapi kau menjumpaiku di depan pintu dengan bersemangat dan men-display wajah cantik yang baru kau solek. Masih, yang membuat aku sangat kagum adalah perjuanganmu menantikanku pulang. “Kepribadianmu sepertinya abadi bersemayam disini! “kutunjuk dadaku yang di dalamnya terdapat organ bernama hati. Nah, mungkin seperti inilah cara sederhanaku menilaimu dan membuat rasa cintaku bertambah-tambah kian hari. Dan aku berharap kau pandai menjaganya. Tak hanya menjaga kecantikkan tapi kepribadian yang utama.

Alhamdulillah...walaupun 30 hari masih terlalu dini untuk kita menyimpulkan bahwa kita keluarga bahagia. Karena Tuhan telah menyiapkan banyak ujian untuk kita berdua nantinya. Tapi, 30 hari itu cukup lumayanlah untuk awal pondasi cinta yang kan mampu menghadapi banyak masalah di depan. Kita belum terbayang apa yang akan terjadi kedepan tapi kita bisa memulai membangun kekuatan dari sekarang untuk menghadapi apapun yang di depan. Semoga cinta kita tak bermusim-tak bergejolak-tak terpedaya pada yang semu saja. Tapi bersandar pada yang Maha Kekal Abadi. Dan Dialah yang mengizinkan kita hingga 30 hari ini masih merajut benang-benang kasih hingga kita belajar bersama lalu menemukan Kekasih Sejati. Allahuakbar!!!


Embun Fajar-31 Juli 2012 11:20 wib
After 30 days-Special for my honey Desi Khumairah

Kamis, 31 Mei 2012

Lubang Rahasia



Sejak bekerja jauh dari tempat tinggal dan jarang ketemu kawan-kawan. Aku jadi punya kebiasaan baru dan aneh. Mengamati lubang.
 

Pagi, aku lihat tempat itu sesekali. Lubangnya kecil, dalam, hitam pekat dan penuh misteri. Sesuatu tersembunyi liar disana.


Setelah menuntaskan hampir semua laporan keuangan, saat jam istirahat siangnya ku niatkan untuk mengamati isi lubang itu. Memori otakku masih menyimpan pertanyaan “Ada apa dalam lubang itu?”

Kembali kutelisik isinya, ku korek-korek dengan jari berharap gerangan di dalam lubang merespon sinyal yang kukirim padanya. Tapi masih tetap senyap. Akupun bertambah penasaran. Keringat menetes deras di lantai. Jungkir balik aku untuk cari posisi yang ideal agar isi dalam lubang itu terlihat sempurna. Namun semua percuma tak kudapati jawabnya. Lubang itu masih tetap hitam, gelap dan senyap.


Angka-angka tertumpuk pada layar monitor, pokoknya semua bilangan sudah ada disitu. Kepalaku tiba-tiba cenat-cenut. Aku bikin kopi sendiri ke belakang. Karena kebetulan hari ini OB yang biasa melayani sedang cuti. Melihat sendok pengaduk kopi, aku jadi berfikir “Apa aku tusuk saja lubang itu pakai ujung sendok ini?” Sepertinya lubang itu masih menari-nari dibenakku.


Malamnya sepulang dari kantor, ku lihat kawanku satu mess menyalakan lampu. “Aha, lubang itu akan aku senter pakai lampu di HP-k,” ide itu spontan muncul. Ku dekati lubang itu, kupegang bagian sisi-sisinya, ingin sekali aku mengungkapkan misteri didalamnya. Ketika aku makin dekat—dekat lagi. Betapa terkejutnya aku ternyata UPIL-ku sudah menggunung. Dari depan kaca dan pencahayaan yang cukup lubang itu kutambang sedikit demi sedikit.



 *embun fajar-31 Mei 2012 Pukul 23:40 Wib

Sudah lama sekali rasanya tak mendeskripsikan sesuatu. Terima kasih ya sudah menyimak J

Selasa, 17 April 2012

Indonesia Kalah Perang



Ketika terjadi perang besar antar negara. Untuk menghadapi kedigdayaan Amerika, tiga negara seperti Afganistan, Jepang dan Indonesia bersatu. Tetapi seluruh pasukan militer sudah habis tewas di medan perang. Akhirnya ketiga Negara itu mewajibkan warga sipil pemudanya untuk mengikuti pelatihan perang.

Negara Afghanistan mengutus 1.000 pemudanya yang besar-besar, tinggi, dan kuat, mereka diambil dari sanggar-sanggar perang yang ada di berbagai kota negaranya.

Jepang lebih hebat lagi dengan mengirimkan 100.000 pemudanya yang diseleksi dari sanggar ninja yang memiliki kecepatan, kecerdasan taktik dan kedisiplinan yang tinggi.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu kiriman pemuda dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung Indonesia mengirim 1.000.000 pemudanya untuk bergabung dengan Afghanistan dan Jepang melawan Amerika. Tapi kesemuanya diambil dari sanggar tari. Terpaksa karena banyak pemuda Indonesia lebih suka nge-dance dari pada silat atau karate. Akhirnya pemuda Indonesia dipakai juga untuk dijadikan UMPAN dalam medan perang.



Dibuat untuk mengembalikan kondisi psikologis pemuda kearah yang lebih benar.

Embun Fajar, 16 April 2012-Prabumulih

Kiamat Sudah SANGAT Dekat

Beberapa waktu yang lalu saya belanja di salah satu supermarket di Prabumulih. Pada saat akan masuk pintu, beberapa pemuda dengan wajah garang menilik mata saya karena bertabrakan sedikit dengannya. Setelah menemukan barang yang saya cari, lalu saya mengikuti baris ngantri depan kasir. Ada hal aneh yang memancing keterkejutan saya. Sungguh diluar dugaan ketika tahu pemuda-pemuda “garang” tadi membeli beberapa perlengkapan kosmetik, seperti cream pembersih muka, tissue facial dan body lotion. “Oh pantas saja serial drama Korea laris manis!” bisikku dalam hati.



***

Kejadian diatas merupakan fakta menyakitkan betapa jauh berbeda kondisi puluhan tahun lalu. Dimana para pemudanya memperjuangkan bangsa ini, Negara yang besar ini dengan debu, lumpur, keringat bahkan darah. Mereka angkat senjata ditengah terik matahari, berpeluh, menyembul otot untuk meraih sebuah kemenangan. Kini, betapa mirisnya kondisi mental muda-mudi sekarang. Lihat pemuda zaman sekarang yang mengisinya dengan membangun kebobrokkan mental, keburukan akhlak, dan lemahnya semangat juang. Pemuda masa kini takut dengan matahari karena akan membuat kulitnya hitam dan kering, pemuda masa kini takut keringat membuat badannya bau, pemuda masa kini takut luka dan berdarah karena akan meninggalkan bercak pada badannya yang mulus. Pemuda masa kini cintanya ditolak sedikit saja sudah galau dan bunuh diri. Naïf,mereka laki-laki atau banci sih. Kelakuannya seperti wanita saja. Mungkin ini yang dikatakan “Kiamat Sudah SANGAT Dekat” Apakah Anda menemukan pemuda seperti ini disekitar Anda? Atau jangan-jangan Anda juga termasuk? Bertobatlah segera! Sebelum kiamat benar-benar sangat dekat.

Sabtu, 07 April 2012

Do’a Seorang Murabbi



Ya Allah yang Maha Mencinta
Hamba punya seseorang yang amat kucintai
Ingin melihatnya mendapat tempat untuk KAU cintai
Jagalah cintanya padaMu agar kami salalu saling mencinta

Ya Allah yang Maha Suci
Bila seseorang itu berbuat yang KAU benci
Tegurlah ia dengan hikmah
Agar ia sadar betapa mengingkariMu adalah hal merugi

Ya Allah yang Maha Kuasa
Teguhkanlah imannya pada jalan dakwah
Walau ia rasa terjal nan lelah
Tapi jadikan ia tetap handal dan istimewa

Ya Allah yang Maha Tinggi
Bila ia tidak sempat datang mengaji
Itu karena urusan duniawinya sebagai bakti
Pada kedua orang tua yang ia kasihi

Ya Allah yang Maha Pengasih
Andai hatinya tengah terkotori
Bimbinglah ia agar tak lepas kendali
Hingga ia sadari bahwa kasihMu takkan pernah henti

Ya Allah yang Maha Besar
Seseoarang itu sungguh membuat hamba melatih sabar
Lantas hamba bersyukur begitu banyak belajar
Betapa masih dangkalnya ilmu hamba yang tergambar

Ya Allah Ya Robbi…
Memang istiqomah seseorang itu kecil di setiap halaqoh
Namun impian besarnya adalah memperbaiki diri terus menerus
Jadikan lingkaran itu besar dengan akhlak dan amalannya
Berharap pula kelak seseorang itu melingkar di jannah-Mu

Ya Allah Ya Robbi…
Seseorang itu yang ku cintai
Dialah mutarrabbiku

By : Embun Fajar
Aur, 02 April 2012 – 22:12 Wib